SEJARA TEMPAT WISATA RIAU "Bukit Tigapuluh"
Meskipun begitu, taman nasional ini sebenarnya tergolong ke dalam satu dari sekian kawasan yang mempunyai kenaekaragaman hayati yang tinggi. Berbagai jenis flora dan fauna tumbuh dan hidup membentuk habitat di sini. Mulai dari spesies endemik pulau Sumatera, spesies yang cukup sering dijumpai, hingga spesies langka yang terancam punah.
Sejarah Taman Nasional Bukit Tigapuluh
Pada tahun 1982 berdasarkan rencana konservasi, ekosistem di Bukit Tiga Puluh diusulkan untuk menjadi Suaka Margasatwa Bukit Besar seluas 200.000 ha dan Cagar Alam Seberida seluas 120.000 ha. Masih pada tahun yang sama, Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) menetapkan kawasan ini sebagai Hutan Lindung dengan luas 70.250 di Provinsi Jambi dan Riau.
Selanjutnya pada tahun 1988 Departemen Transmigrasi berdasarkan instrumen perencanaan dari Regional Planning Program for Transmigration melakukan klasifikasi ekosistem yang ada di Bukit Tigapuluh untuk menjadi kawasan lindung seluas 250.000 ha.
Pengusulan sebagai taman nasional dilakukan setelah tim dari Norwegia dan Indonesia mengadakan riset di kawasan ini pada rentang tahun 1991 hingga 1992. Selanjutnya pada 1994 melalui Surat Menteri Kehutanan No.1289/Menhut-IV/1994 yang diajukan kepada Bank Dunia tentang pengesahan kawasan Bukit Tiga Puluh menjadi taman nasional.
Kawasan ini resmi menjadi taman nasional pada tahun 1995 melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 539/Kpts-II/1995 tentang perubahan fungsi Hutan Lindung Haposipin seluas 127.698 ha, Hutan Lindung Sengkati Batanghari Jambi seluas 33.000 ha, dan Hutan Produksi Terbatas seluas 94.6989 ha menjadi Taman Nasional Bukit Tiga Puluh.
Kemudian pada tahun 2002 status sebagai taman nasional semakin diperkuat dengan keluarnya Ketetapan Menteri Kehutanan melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 6407/Kpts-II/2002 pada tanggal 21 Juni 2002 tentang luas ‘temu gelang’ sebesar 144.223 ha.
Saat ini Taman Nasional Bukit Tigapuluh sudah mengalami pengurangan luas wilayah yang sangat banyak sebagai akibat dari perusahaan dan masyarakat yang melakukan perluasan areal perkebunan sawit di sekitar taman nasional.
Kondisi Alam Taman Nasional Bukit Tiga Puluh
1. Letak dan Topografi
Secara geografis, Taman Nasional Bukit Tiga Puluh terletak di koordinat 0°40’ – 1°30’ Lintang Selatan dan juga 102°13’ – 102°45’ Bujur Timur. Sedangkan secara administratif kawasan ini berada di antara Kabupaten Indragiri Hulu dan Kabupaten Hilir, Provinsi Riau, dan juga Kabupaten Bungo Tebo dan Kabupaten Tanjung Jabang, Provinsi Jambi.
Kawasan yang berada pada ketinggian rata-rata antara 60 sampai dengan 734 meter di atas permukaan laut bertopografi datar, bergelombang, sampai dengan berbukit-bukit.
2. Iklim dan Hidrologi
Iklim di Taman Nasional Bukit Tigapuluh selalu dalam kondisi basah meski juga mengalami musim kemarau dengan tanah yang relatif kering. Temperatur kawasan ini berada pada kisaran antara 28° – 37° Celcius.
TN Bukit Tiga Puluh mempunyai fungsi sebagai tempat perlindungan hidro-orologis dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Kuantan Indragiri. Beberapa sungai yang mengalir di kawasan ini yaitu Sungai Sipang, Sungai Gangsal, dan Sungai Menggatai.
3. Ekosistem
Beberapa tipe ekosistem di Taman Nasional Bukit Tiga Puluh yaitu ekosistem hutan dataran rendah, ekosistem hutan pamah, dan juga ekosistem dataran tinggi. Tipe-tipe ekosistem tersebut juga mempengaruhi jenis flora dan fauna yang membentuk habitat.
Sedangkan jika dilihat berdasarkan segi penyebarannya, maka tipe ekosistem di taman nasional ini ada empat jenis, yaitu ekosistemhutan primer yang masih asri dan belum terganggu, ekosistem hutan alam terganggu yang telah mengalami penebangan, ekosistem hutan belukar sebagai ladang, dan ekosistem kebun karet sebagai perkebunan masyarakat.
Flora dan Fauna Taman Nasional Bukit Tiga Puluh
Sebagai kawasan yang disebut sebagai salah satu yang mempunyai keanekaragaman hayati beragam dan tinggi, Taman Nasional Bukit Tiga Puluh memang layak menjadi tempat hidup dan habitat untuk berbagai jenis hewan. Tidak hanya itu saja, ada banyak sekali spesies tumbuhan langka yang juga hidup di kawasan ini.
1. Flora
Beberapa jenis flora yang tumbuh di Taman Nasional Bukit Tigapuluh antara lain rumbai atau meranti (Shorea spp.), beberapa jenis rotan, kembas (Koompassia excelsa), dan nibung (Oncospera tigilarium) merupakan sejenis palem liar yang serupa pohon pinangdari suku Palmae dengan tinggi yang mencapai 20 sampai 30 meter.
Beberapa kegiatan yang bisa dilakukan antara lain melakukan pengamatan dan penelitian di sepanjang jalur trail dan bekas tambang, menikmati panorama dan menyatu dengan alam, hunting foto di berbagai spot menarik, hiking, serta bird watching.
2. Tembelung Berasap
Pegunjung yang tertarik dengan seluk beluk botani atau tumbuhan dapat mengunjungi Tembelung Berasap. Di sini pengunjung dapat melepas penat dengan mengunjungi air terjun sambil mandi untuk relaksasi jiwa dan raga. Selain itu, kegiatan lain yang juga tidak kalah menariknya adalah pengamatan terhadap berbagai jenis tumbuhan.
3. Menyusuri Sungai Air Hitam Dalam
Menyusuri sungai merupakan salah satu kegiatan menyenangkan yang dapat dilakukan di kawasan taman nasional ini. Sepanjang sungai pengunjung dapat melihat sendiri berbagai jenis flora yang tumbuh serta sesekali akan menjumpai beberapa satwa. Kawasan Air Hitam Dalam juga merupakan habitat hidup harimau Sumatera.
4. Berarung Jeram
Bila pengunjung ingin melakukan kegiatan yang menguji adrenalin, sekitar Bukit Tigapuluh juga menyediakannya. Salah satunya adalah olahraga arung jeram, pengunjung dapat berolahraga arung jeram di Sungai Menggatai, Sungai Gangsal, dan juga Sungai Sipang.
5. Berbaur Dengan Suku Talang Mamak dan Suku Kubu
Kehidupan dari kedua suku tersebut menjadi salah satu daya tarik wisata bagi pengunjung taman nasional. Apalagi kehidupan mereka yang sangat bergantung dengan hutan merupakan hal yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Jadi pengunjung dapat mencoba untuk berbaur dengan kedua suku tersebut dan merasakan kebudayaannya secara langsung.
6. Dusun Datai
Salah satu lokasi bermukim Suku Talang Mamak adalah Dusun Datai yang mempunyai panorama alam indah. Suku yang menghuni dusun ini merupakan suku yang masih sangat primitif atau dengan kata lain sangat jarang melakukan interaksi dengan orang luar. Jadi selain mengamati kehidupan penduduk, pengunjung juga dapat menikmati pesona alam di dusun Datai.
7. Dusun Lemang dan Dusun Siamang
Dusun Lemang dan Siamang juga merupakan tempat tinggal dari Suku Talang Mamak dan masyarakat Melayu. Uniknya, di kedua dusun ini terdapat spot wisata seperti Sungai Gangsal dan air terjun. Kedua tempat tersebut memberikan keindahan tersendiri dan cocok dijadikan sebagai lokasi untuk rekreasi menikmati panorama alam.